Deina POV
Ucapan Ferdi masih terngiang-ngiang di pikiranku padahal seminggu sudah berlalu dan aku sangat menghindari topik pembahasan tentang percintaan dan segala macam anaknya. Kami masih berteman seperti biasanya, walaupun terkadang sedikit canggung jika ia menatapku terlalu lama.
Tadi di sekolah pun dia begitu, menatapku terlalu lama saat aku bercerita tentang Melisa yang sedang suka anak kuliahan. Tatapannya begitu membuat jantungku rasanya mau meledak, berdetak terlalu kencang.
drrtt.. drrtt.. drrtt..
Lamunan ku terhenti, ada telepon dari nomor yang tidak aku kenal.
"Halo ?"
"Dei, ini Pras. Masih inget aku kan ?," tanya seorang lelaki itu yang mengaku namanya Pras. Aku mencoba mengingatnya.
Pras ya ? Tanya ku dalam hati, mencoba mengingat nama lelaki itu. Tetapi hasilnya nihil. Aku tidak bisa ingat siapa Pras itu.
"Ternyata kamu memang udah lupa," sambung lelaki itu yang terdengar suara kecewa yang membuat aku merasa tidak enak.
"Maaf ya, tapi emang sebenernya kamu siapa ?," tanyaku penasaran.
"Nanti aja kamu tahunya, yaudah selamat malam. Maaf mengganggu ya. Sampai jumpa di sekolah," ucap Pras yang membuatku mengangguk walaupun aku tahu Pras tidak mungkin melihat anggukanku.
"Iya, selamat malam.... Tunggu maksud kamu sampai jumpa di.." Tutt.. Tutt.. Aku menatap layar handphone kesal karena lelaki itu mematikaan panggilan secara sepihak, meninggalkan aku dengan rasa penasaran.
Ku banting tubuhku ke kasur dan mencoba untuk mengusir rasa penasaran itu. Mungkin itu cuma teman sekolah, yakinku di dalam hati dan aku pun terlelap tidur.
...
Dari awal kedatangan Melisa di kelas sampai jam istirahat pertama tiba, ia tidak hentinya bercerita tentang gebetannya--anak kuliahan itu. Aku mencoba mendengarkan namun cerita yang sudah pernah ku dengar ku anggap angin lalu. Baru aku lihat Melisa begitu semangat dan terlihat sangat benar-benar jatuh cinta.
"Dei, lo dengerin gue kan ?," tanyanya menyadarkanku kembali ke realita.
"Denger kok," jawabku santai mencoba menghindari tatapan curiganya.
"Kantin yuk, lo gak laper emang ?" lanjutku, dia nyengir tidak jelas.
"Laper..."
"Yaudah yuk!," baru saja aku bangun dari bangkuku, suara Ferdi membuatku memperlambat gerak.
"Deinaaaa! Kantin yuk!," teriaknya yang membuat seisi kelas melihat ke arahku.
"Ferdi kebiasaan deh! Kalau ke kelas selalu teriak-teriak manggil Deina!," omel Laras, salah satu cewek populer di sekolah.
"Deina kan temen gue, terserah gue lah!," balas Ferdi yang menurutku perdebatan ini tidak ada akhirnya, aku ingin menarik tangan Ferdi untuk menjauh dari kelas namun langkahku terhenti. Cowok yang agak tinggi dari Ferdi menghalangiku dan memberikan tangan kanannya kepadaku.
"Halo Deina! Aku Pras, si cungkring, teman masa kecil kamu," jelasnya dan aku terdiam.
Komentar
Posting Komentar